Wikipedia

Hasil penelusuran

..

Menteri Pertanian Bawa Kabar Gembira Bagi Universitas Hasanuddin Makassar
Rabu, November 13, 2024

On Rabu, November 13, 2024

MAKASSAR, (3/9) - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman membawa kabar gembira bagi seluruh civitas Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar saat menyampaikan Kuliah Umum bertemakan Smart Farming, Pertanian Presisi dan Pertanian Masa Depan. Diketahui, Unhas merupakan kampus tempat dia menimba ilmu semasa kuliahnya dulu.

"Kabar gembira itu adalah penghargaan Agricola Medal yang baru diperoleh kembali di saat Menteri Pertaniannya alumni Fakultas Pertanian Unhas," ujar Mentan, Selasa, 3 September 2024.

Diketahui, Agricola Medal adalah penghargaan Badan Pangan Dunia FAO atas peran dan kontribusi Indonesia dalam melakukan transformasi sistem pertanian berkelanjutan. Penghargaan ini diterima langsung oleh Presiden RI Joko Widodo beberapa waktu lalu.

Mentan mengatakan Agricola Medal terakhir kali diperoleh Indonesia tahun 1984 dan diterima langsung oleh Presiden Soeharto. Artinya, lebih dari 40 tahun Indonesia baru kembali meraihnya.

Dalam materi kuliahnya, Mentan menjelaskan bahwa pertanian berkelanjutan terus dikerjakan melalui berbagai program strategis seperti food estate, optimasi lahan, perluasan areal tanam, pompanisasi hingga membangun smart farming di berbagai daerah.

Sebagai contoh, Indonesia merupakan negara pertanian terbesar di dunia yang berhasil menerapkan berbagai teknologi penghemat air khususnya untuk produksi tanaman tebu. Mulanya, tanaman tersebut diprediksi gagal, namun seiring berjalannya waktu Indonesia mampu memproduksi gula secara mandiri.

"Dalam hal ini, sebagai ilmuwan kita harus selalu bertanya pada ahli. Tapi jangan bertanya pada ahli yang gagal di pekerjaan tersebut. Karena dia hanya akan membuat anda pesimis," katanya.

Berikutnya, kata Mentan, Indonesia saat ini tengah membangun pertanian modern di berbagai daerah. Salah satunya yang saat ini dikerjakan pemerintah di Merauke Papua. Di sana, semua pengerjaan pertanian dilakukan melalui pemanfaatan teknologi seperti drone dan combain harvester.

"Merauke dan pembangunan klaster modern lainya adalah jawaban atas upaya kita menghilangkan kesenjangan antara Indonesia dan negara lain," katanya.

Untuk diketahui, kementerian pertanian tengah menggencarkan program perluasan areal tanam (PAT) melalui pompanisasi sebagai upaya pemerintah dalam mengantisipasi darurat pangan yang melanda sejumlah negara akibat gelombang panas paling ganas.

"Ada El nino datang menghantam. Kekeringan melanda, Negara ini butuh makan, sedang produksinya tidak memenuhi. Inilah yang dihadapi negara kita. Makanya pompanisasi dilakukan sebagai upaya cepat untuk mengatasi kekeringan ekstrim akibat elnino. Selanjutnya kita cetak sawah, diharapkan kebutuhan dalam negeri akan dapat disuplai dari produksi sendiri," jelasnya.

Artikel ini telah tayang di www.pertanian.go.id dengan judul "Menteri Pertanian Bawa Kabar Gembira Bagi Universitas Hasanuddin Makassar", Bisnis Indonesia, 3 sEPTEMBER 2024 , Klik untuk baca


Smart Farming: Mendorong Pertanian Modern dan Berkelanjutan di Indonesia
Rabu, November 13, 2024

On Rabu, November 13, 2024

Di tengah tuntutan global untuk meningkatkan produktivitas pangan dan keberlanjutan lingkungan, teknologi smart farming menjadi solusi inovatif bagi sektor pertanian di Indonesia. Dengan bantuan teknologi canggih seperti sensor IoT, drone, dan kecerdasan buatan (AI), smart farming menghadirkan sistem pertanian berbasis data yang membantu petani dalam mengelola lahan mereka dengan lebih efisien dan presisi.

Konsep smart farming atau pertanian cerdas memungkinkan petani untuk mengoptimalkan proses bertani, mulai dari penanaman hingga panen, serta memantau kondisi tanaman secara real-time. Misalnya, melalui sensor IoT yang ditempatkan di lahan pertanian, data terkait kelembapan tanah, suhu, dan nutrisi tanah dapat dikumpulkan secara kontinu dan akurat. Hal ini memungkinkan petani mengambil keputusan yang tepat waktu dan berbasis data untuk meningkatkan hasil produksi tanpa harus mengeluarkan biaya lebih.

Penggunaan smart farming di berbagai wilayah Indonesia menunjukkan hasil yang positif. Di Kabupaten Banyuwangi, misalnya, petani padi dan hortikultura telah berhasil meningkatkan produktivitas mereka hingga 25% berkat sistem sensor dan aplikasi pemantauan yang terhubung langsung dengan smartphone. “Dengan smart farming, kami dapat memantau tanaman dari jauh dan mengurangi penggunaan air dan pupuk, sehingga biaya produksi berkurang,” ujar Rizki, salah seorang petani yang menerapkan teknologi ini.

Di samping itu, penggunaan drone dalam smart farming juga semakin populer. Drone digunakan untuk memetakan lahan secara cepat dan akurat, serta menyemprotkan pestisida atau pupuk secara presisi. Dalam skala yang lebih luas, kecerdasan buatan (AI) digunakan untuk menganalisis pola pertumbuhan tanaman, mendeteksi potensi penyakit, hingga memprediksi waktu panen yang ideal.

Pada Januari 2024, Kementerian Pertanian Indonesia juga meluncurkan program Smart Farming 4.0 yang bertujuan untuk mendukung penerapan teknologi ini di berbagai daerah. Program ini memberikan pelatihan kepada para petani dan menyediakan infrastruktur teknologi yang dibutuhkan, dengan target meningkatkan produktivitas hingga 30% dalam 5 tahun mendatang. Dalam sambutannya, Menteri Pertanian menyatakan bahwa teknologi smart farming akan mempercepat pencapaian ketahanan pangan nasional sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan.

Teknologi smart farming tidak hanya meningkatkan hasil produksi, tetapi juga memungkinkan efisiensi energi dan penggunaan sumber daya alam. Dengan adanya dukungan pemerintah dan kolaborasi dengan pihak swasta, teknologi ini diharapkan akan menjadi standar baru dalam sektor pertanian di Indonesia dan menjadikan negara ini sebagai salah satu pelopor pertanian modern di Asia Tenggara.

Sumber:

Integrasi Perkebunan Kelapa Sawit dan Peternakan Sapi Dorong Ketahanan Pangan Nasional 2024
Rabu, November 13, 2024

On Rabu, November 13, 2024


Upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional di Indonesia semakin kuat dengan implementasi program Sistem Integrasi Sapi-Kelapa Sawit (SISKA). Program ini menggabungkan perkebunan kelapa sawit dengan peternakan sapi, menghasilkan manfaat ekonomi dan lingkungan yang signifikan.

Program SISKA telah membantu meningkatkan populasi sapi di beberapa wilayah, serta mengurangi ketergantungan pada pupuk anorganik dengan memanfaatkan kotoran sapi sebagai pupuk alami. Salah satu contoh suksesnya adalah Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tani Maju di Desa Wonorejo, Kalimantan Selatan. Sejak bergabung dalam program SISKA pada tahun 2021, populasi sapi Gapoktan ini bertambah dari 124 menjadi 254 ekor pada April 2024. Dengan adanya peningkatan populasi, Gapoktan tersebut berhasil menjual sapi Bali dengan harga rata-rata Rp16 juta per ekor, memberikan dampak ekonomi positif bagi para petani.

Di Kalimantan Barat, program SISKA juga dinilai memiliki potensi besar. Provinsi ini memiliki luas perkebunan kelapa sawit yang mencapai 3 juta hektar, yang memberikan peluang luas bagi integrasi sapi-kelapa sawit. Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalimantan Barat, Heronimus Hero, mengungkapkan bahwa kebutuhan daging sapi di provinsi tersebut mencapai sekitar 15 ribu ton per tahun, tetapi hingga kini baru terpenuhi sekitar 30%. Penerapan sistem integrasi ini diharapkan mampu meningkatkan pasokan daging sapi lokal, sehingga kebutuhan pangan di Kalimantan Barat dapat tercukupi secara mandiri.

Pada awal tahun ini, Gabungan Pelaku dan Pemerhati Sistem Integrasi Sapi-Kelapa Sawit (GAPENSISKA) mengadakan seminar internasional bertajuk “Synergizing Growth and Sustainability: Innovating Integrated Cattle and Oil Palm Plantation Systems”. Seminar ini membahas potensi dan tantangan dalam penerapan integrasi kelapa sawit dan sapi, serta mengajak berbagai pihak untuk berkolaborasi dalam memperkuat sistem pangan nasional.

Program integrasi kelapa sawit dan peternakan sapi melalui SISKA ini tidak hanya mendukung ketahanan pangan, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan mendorong efisiensi produksi bagi petani lokal. Dengan penerapan sistem ini, Indonesia diharapkan mampu mencapai swasembada daging sapi sekaligus mempertahankan keberlanjutan sektor pertanian dan peternakan.

Sumber:

Konferensi ICOP ke-2 Bahas Model Integrasi Kelapa Sawit dan Sapi untuk Keberlanjutan Lingkungan
Rabu, November 13, 2024

On Rabu, November 13, 2024

PALMOILMAGAZINE, PONTIANAK – Konferensi Internasional ICOP ke-2 di Pontianak menyoroti model integrasi program kelapa sawit dan peternakan sapi sebagai solusi inovatif untuk keberlanjutan dan pengembangan sektor perkebunan dan peternakan. R. M. Rustamaji, Wakil Direktur Kerja Sama dan Perencanaan Universitas Tanjung Pura, menyampaikan pidato pembuka yang menekankan pentingnya kerja sama luas dan investasi dalam mewujudkan program integrasi ini.

Konferensi ini memperkenalkan teknologi terbaru, “scaling turning,” yang dirancang untuk menghadapi tantangan dan peluang penerapan sistem integratif di kedua sektor. Teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi serta membawa manfaat signifikan bagi industri kelapa sawit dan peternakan.

Rustamaji menggarisbawahi bahwa program ini bertujuan mengurangi jejak karbon dan mendorong praktik ramah lingkungan, sesuai dengan upaya global melawan perubahan iklim. Model ini terinspirasi oleh hubungan simbiosis alam, yang mengedepankan harmoni antara kelapa sawit dan peternakan sapi.

Dalam sambutannya, Rustamaji menyatakan bahwa model ini merupakan bentuk kekuatan persatuan, inovasi, dan kolaborasi di tingkat global. "Konferensi ini adalah platform bagi mereka yang telah mendedikasikan waktu dan keterampilan mereka dalam bisnis yang visioner ini. Harapannya, model integrasi ini akan membawa dampak positif bagi masyarakat dan negara-negara di dunia," ujarnya.

Konferensi ICOP ke-2 ini menekankan pentingnya pendekatan integratif yang diakui secara internasional, memberikan dampak signifikan melalui sinergi kelapa sawit dan sapi untuk keberlanjutan ekonomi dan lingkungan.

Artikel ini telah tayang di palmoilmagazine.com dengan judul "Exploring the Palm Oil – Cow Integrated Program Model: Highlights of the 2nd ICOP Conference," Palmoilmagazine, 31 Januari 2024, Klik untuk baca

Integrasi Peternakan Sapi di Perkebunan Kelapa Sawit, Solusi Efektif Penghematan Biaya dan Pemanfaatan Lahan
Selasa, Juni 28, 2022

On Selasa, Juni 28, 2022

Indonesia kini semakin inovatif dalam pemanfaatan lahan perkebunan kelapa sawit dengan mengintegrasikan peternakan sapi di tengah perkebunan. Kerja sama antara PT Superindo Utama Jaya (SUJ) dan program Indonesia Australia Commercial Cattle Breeding (IACCB) menunjukkan bahwa lahan kelapa sawit dapat menjadi tempat penggembalaan bagi ratusan sapi Brahman Cross. Inisiatif ini membantu menekan biaya operasional hingga 50% dengan memanfaatkan dedaunan dan produk sampingan kelapa sawit sebagai pakan sapi.

Pendekatan ini membawa banyak manfaat. Dengan adanya sapi, biaya yang biasanya dikeluarkan untuk mengendalikan pertumbuhan rumput liar dapat dikurangi, karena sapi berperan dalam menekan pertumbuhan tersebut. Hal ini mengurangi kebutuhan herbisida dan pemotong rumput. Selain itu, kotoran sapi berfungsi sebagai pupuk alami, yang berdampak positif pada produktivitas kelapa sawit.

Di sisi lain, ada beberapa kekhawatiran mengenai potensi dampak terhadap kesehatan pohon kelapa sawit, seperti pemadatan tanah dan risiko penyebaran jamur. Namun, melalui penelitian yang berkelanjutan, IACCB bersama lembaga riset lokal terus memantau dan menilai dampak ini untuk memastikan keseimbangan antara produktivitas peternakan dan keberlanjutan perkebunan.

Pendekatan integratif ini mencerminkan bagaimana inovasi sederhana bisa menciptakan efisiensi, sekaligus menjawab tantangan dalam pengelolaan lahan di sektor perkebunan dan peternakan.

Artikel ini telah tayang di tabloidsinartani.com dengan judul "Cattle in Oil Palm Plantation, Why Not?

", Bisnis Indonesia, 21 November 2018 , Klik untuk baca